Makassar, Sulawesi Selatan — Rektor Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI), Letnan Jenderal TNI (Purn.) Dr. Anton Nugroho, M.M.D.S., M.A., memberikan kuliah umum di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar dengan tema “Komponen Pendukung dalam Rangka Upaya Bela Negara dan Generasi Muda Menjaga Indonesia dari Makassar untuk Dunia.” Kegiatan ini diikuti langsung oleh Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhan RI, Mayor Jenderal TNI Dr. Totok Imam Santoso, S.IP., S.Sos., M.Tr.(Han)., Ketua Umum Forum Bela Negara Republik Indonesia, Prof. Dr. R. Zainal Abidin, S.E., M.M., Ketua DPW Forum Bela Negara Sulawesi Selatan, Marsma TNI (Purn.) Dr. Ir. H. Andi Sutomo, M.Si., serta jajaran pimpinan dan sivitas akademika Unhas. Forum akademik ini menjadi wadah strategis untuk memperkuat kolaborasi dan pemahaman sivitas akademika mengenai pentingnya sinergi antara dunia pendidikan, masyarakat sipil, dan seluruh komponen bangsa dalam membangun ketahanan nasional yang bersifat semesta, terpadu, dan berkelanjutan. (Jum’at, 10/10).
Dalam sambutannya, Rektor Unhas, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., menyampaikan apresiasi atas kehadiran Rektor Unhan RI beserta rombongan dan menegaskan pentingnya kolaborasi strategis antarperguruan tinggi dalam menumbuhkan kesadaran bela negara berbasis ilmu pengetahuan dan riset. Kegiatan ini menjadi momentum akademik yang mempertemukan nilai-nilai kebangsaan dengan semangat keilmuan kampus, sejalan dengan upaya pemerintah dalam memperkuat pertahanan non-militer melalui pendidikan tinggi.
Dalam paparan kuliah umumnya, Rektor Unhan RI menjelaskan bahwa sistem pertahanan Indonesia didasarkan pada Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) yang bersifat total, terpadu, terarah, dan berkelanjutan. Sistem ini menempatkan TNI sebagai komponen utama, didukung oleh komponen cadangan yang terdiri atas warga negara terlatih, serta komponen pendukung yang mencakup seluruh sumber daya nasional baik manusia, alam, buatan, maupun sarana dan prasarana yang dapat dimobilisasi dalam situasi darurat pertahanan.
Dalam konteks ini, Rektor Unhan RI menekankan bahwa bela negara bukan hanya tugas militer, tetapi juga hak dan kewajiban seluruh warga negara. Nilai tersebut dapat diwujudkan melalui partisipasi aktif sesuai profesi dan keahlian masing-masing, termasuk di bidang pendidikan, penelitian, ekonomi, maupun kegiatan sosial kemasyarakatan.
Lebih lanjut, Rektor Unhan RI menggarisbawahi bahwa generasi muda memiliki peran strategis dalam sistem pertahanan negara. Mahasiswa, dengan kapasitas moral dan intelektualnya, merupakan agen perubahan yang menentukan arah masa depan bangsa. Dalam menghadapi tantangan global di era digital, perang modern tidak lagi hanya terjadi di medan fisik, tetapi juga di ruang siber dan informasi. Karena itu, literasi digital menjadi bentuk baru dari bela negara.
Mahasiswa diharapkan mampu menjadi inovator teknologi yang berperan dalam pengembangan energi terbarukan, teknologi maritim, dan keamanan siber, sekaligus menjadi benteng informasi nasional yang mampu melawan disinformasi, ujaran kebencian, serta propaganda negatif yang dapat mengancam persatuan bangsa.
Dalam bagian berikutnya, Rektor Unhan RI menyoroti posisi strategis Makassar sebagai simpul pertahanan maritim nasional yang terletak di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II, menjadikannya penghubung penting antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Selain nilai geopolitiknya, Makassar juga memiliki makna moral dan historis melalui semangat perjuangan Sultan Hasanuddin, yang dikenal sebagai Ayam Jantan dari Timur.
Rektor Unhan RI mengaitkan semangat kepahlawanan tersebut dengan nilai-nilai lokal Siri’ na Pacce, di mana Siri’ bermakna harga diri dan kehormatan bangsa, sedangkan Pacce melambangkan empati dan solidaritas terhadap sesama. Kedua nilai ini, menurutnya, mencerminkan semangat bela negara modern yang tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga moral dan sosial.
Beliau juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat sipil dalam memperkuat sistem pertahanan semesta. Pemerintah berperan menetapkan kebijakan dan regulasi strategis; perguruan tinggi berkontribusi melalui riset dan inovasi pertahanan; sementara masyarakat memperkuat kesadaran dan partisipasi publik. Sinergi inilah yang akan memastikan sistem pertahanan Indonesia berjalan secara total, inklusif, dan adaptif terhadap perkembangan zaman.
Pada sesi tanya jawab, para mahasiswa dari berbagai fakultas menyampaikan pertanyaan reflektif dan kritis mengenai beragam isu strategis, mulai dari ketahanan pangan, keamanan siber, hilirisasi sumber daya alam, hingga peran mahasiswa dalam menjaga stabilitas sosial di era keterbukaan informasi. Rektor Unhan RI menanggapi secara terbuka dan edukatif, menegaskan bahwa kritik yang konstruktif terhadap kebijakan publik juga merupakan bagian dari bela negara, selama dilandasi semangat membangun dan tanggung jawab terhadap kepentingan bangsa.
Kegiatan kuliah umum diakhiri dengan ajakan Rektor Unhan RI kepada seluruh mahasiswa untuk meneladani semangat patriotisme dan kerja keras melalui falsafah lokal Resopa Temmangingngi Naletei Pammase Dewata “dengan kerja keras dan ketekunan akan datang rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa.” Beliau menegaskan bahwa bela negara bukan sekadar slogan, tetapi gerakan moral dan kebangsaan yang dimulai dari diri sendiri, dari kampus, dan dari Makassar untuk Indonesia dan dunia.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhan RI, Mayor Jenderal TNI Dr. Totok Imam Santoso, S.IP., S.Sos., M.Tr.(Han)., turut memberikan apresiasi kepada sejumlah sivitas akademika Unhas pada sesi tanya jawab. Seluruh rangkaian kegiatan kuliah umum diakhiri dengan sesi foto bersama.
(Humas Unhan RI)