Bogor- Rektor Universitas Pertahanan RI Laksamana Madya TNI Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., DESD., Sampaikan pemaparan mengenai “Post-Covid 19 Pandemic’s State Format and Roles”, pada kegiatan 14th International Research Conference General Sir John Kotelawala Defence University, Kegiatan ini berlangsung secara daring online melalui zoom dari tanggal 9 s.d.10 September 2021 yang dibuka langsung oleh Principal Advisor to His Excellency the President of Sri Lanka Mr Lalith Weeratunga. Kamis (9/09/2021).
Melalui Pemaparannya Rektor Unhan RI mengawalinya dengan Pengalaman Pademi yang terjadi secara global, seperti Wabah pes tahun 1346, Kolera Wabah ini terjadi sekitar tahun 1817, Flu Spanyol 1920, Flu Asia, HIV/AIDS tahun 1976, SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) Cov-1 tahun 2002, dari pengalaman Pademi tersebut berbagai upaya untuk menangani pandemi Covid-19. Di sektor kesehatan, pemerintah telah berupaya mempercepat pelaksanaan tracing, testing, dan treatment (3T), memenuhi obat anti viral untuk pengobatan pasien Covid-19.
Pengalaman Black Death pada tahun 1346, Kolera pada tahun 1817, Flu Spanyol pada tahun 1920, HIV pada tahun 1976, dan SARS CovN1 pada tahun 2003, menunjukkan bahwa meskipun ada obat atau vaksin untuk penyakit tersebut, penyakit baru selalu muncul sebagai akibat dari interaktif pada antara manusia dan hewan yang membawa penyakit atau deviatif pada penyakit tersebut dalam gaya hidup manusia.
Menyikapi dari peran WHO, menghadapi Pademi ini WHO tidak memiliki sistem yang kredibel untuk memprediksi kemungkinan wabah penyakit baru, dalam hal ini WHO belum mampu mengkoordinasikan negara maju untuk negara-negara berkembang ikut serta dalam mempersiapkan kesiapan tenaga kerja sektor kesehatan dan swasembada obat-obatan.
Banyak negara belum memandang pandemi sebagai masalah umum untuk ditangani bersama, Beberapa negara bahkan menggunakan pandemi untuk mengendalikan negara lain, Ada beberapa yang mendapatkan manfaat dari pandemi yang berulang kali terjadi, seperti Transnational Organized Crimes mampu merekayasa Bio-Crimes dan Bio-Attack.
Dalam menangani dan mengatasi hal ini Konsep ke depan, pertama bersifat tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan pandemi sebelumnya berakhir, kedua mempemperkuat sektor kesehatan, Ketiga swasembada Industri Farmasi, Keempat Adaptif dengan ada gaya hidup yang lebih higien oleh masyarakat.
Sementara dibidang Pemerintah perlu Penguatan Institusi Pemerintah dan Aparatur Negara, meliputi pertama bidang Intelijen dan Institusi Militer dengan mempersiapkan kemampuan Bio-Intelligence dan Bio-Defense untuk mengantisipasi terjadinya Perang Biologi (Perang yang menggunakan senjata biologis sebagai WMD),mengembangkan kemampuan mendeteksi endemik dan epidemi di wilayah lain yang mungkin bisa berubah menjadi pandemi, kemampuan pencegahan pandemi, dan Membangun unit militer yang bersifat unit operasional yang memiliki kemampuan BioWarfare, Kedua untuk Kementerian Pertahanan, Mempersiapkan skema pertahanan non-militer yang efektif untuk Bio Intelligence, Bio Defense dan Bio Security.
Dalam hal Penguatan Lembaga Pemerintah dan Aparatur Pemerintah meliputi Pertama Lembaga Kepolisian dengan memperkuat struktur Kepolisian untuk melaksanakan Bio Security, kemudian melaksanakan implementasi dan kontrol sosial untuk memantau tingkat kepatuhan masyarakat dalam menghadapi pandemi di masa depan, Kedua Lembaga Pemerintah dengan memperluas kewenangan untuk mengarahkan pemerintah daerah dalam menangani Pandemi.
Pada penyelenggaraan Konferensi ini membahas berbagai perkembangan global, meliputi Studi Pertahanan dan Strategis Manajemen, Ilmu Sosial dan Hukum, Lingkungan Buatan dan Ilmu Tata Ruang, Komputasi, Rekayasa Obat-obatan Ilmu Dasar dan Terapan Ilmu Kesehatan ditinjau dari berbagai aspek disiplin keilmuan.
Mengetahui : Kabag Humas Unhan RI