Phnom Penh, Kamboja – Rektor Unhan RI, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Dr. Anton Nugroho, M.M.D.S., M.A., diwakili Mayor Jenderal TNI Dr. Totok Imam S., S.I.P., S.Sos., M.Tr.(Han)., Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhan RI, hadir pada kegiatan The 27th ASEAN Regional Forum Heads of Defence Universities/Colleges/Institutions Meeting (ARF-HDUCIM) Kegiatan ARF-HDUCIM ke-27 berlangsung mulai 18–21 November 2025 dengan tema “The Geopolitical Impacts of Environmental Disruption in Climate Security and the Role of Non-State Actors in Shaping Regional Security”. Pertemuan yang diselenggarakan bersama oleh NDU Kamboja dan Canadian Defence Academy (CDA) ini dihadiri oleh delegasi dari 16 negara yaitu Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Republik Rakyat Tiongkok, Indonesia, Jepang, Laos, Malaysia, Uni Myanmar, Selandia Baru, Pakistan, Korea Selatan, Federasi Rusia, Singapura, Sri Lanka, Vietnam dan Kamboja. (Kamis, 20/11).
Pada upacara pembukaan resmi, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Nasional Kamboja, Jenderal Tea Seiha, menegaskan bahwa dunia sedang menghadapi ancaman keamanan yang semakin kompleks, mencakup perang informasi dan siber, ancaman hibrida, persaingan geopolitik antarnegara besar, serta meningkatnya risiko lingkungan dan perubahan iklim. Jenderal Tea Seiha menekankan bahwa ASEAN harus terus memainkan peran sentral sebagai penopang perdamaian dan stabilitas kawasan melalui dialog damai dan penghormatan terhadap hukum internasional. Menurut Jenderal Tea Seiha, pendidikan pertahanan memegang peran strategis dalam membangun pemimpin militer masa depan yang adaptif dan visioner.
Pertemuan tahun ini mengusung tema “The Geopolitical Impacts of Environmental Disruption in Climate Security and the Role of Non-State Actors in Shaping Regional Security”, yang menegaskan bahwa isu perubahan iklim telah menjadi faktor strategis yang memengaruhi dinamika keamanan Indo-Pasifik. Forum mendalami isu-isu kunci seperti migrasi berbasis iklim, kesiapsiagaan militer terhadap disrupsi lingkungan, risiko geopolitik maritim, serta peran aktor non-negara dalam membentuk arsitektur keamanan kawasan. ARF-HDUCIM ditegaskan sebagai platform penting untuk memperkuat kepercayaan, memajukan pendidikan pertahanan, dan memperluas jejaring kolaborasi antarnegara.
Pada sesi presentasi, Mayor Jenderal TNI Dr. Totok Imam S., S.I.P., S.Sos., M.Tr.(Han)., memaparkan materi berjudul “Strengthening ASEAN Regional Climate Security and Indonesia’s Defense Strategy in the Era of Environmental Disruptions”. Dalam pemaparannya beliau menyampaikan analisis strategis Indonesia mengenai pentingnya membangun ketahanan pertahanan terhadap risiko perubahan iklim. Beliau menegaskan bahwa gangguan lingkungan merupakan determinan baru yang memengaruhi stabilitas kawasan, mulai dari meningkatnya bencana hidrometeorologi hingga persaingan sumber daya dan perubahan rute maritim. Tantangan ini menuntut integrasi yang lebih kuat antara TNI, lembaga sipil, universitas, masyarakat adat, dan sektor swasta dalam pemodelan risiko, mitigasi, hingga kesiapsiagaan bencana. Beliau menekankan bahwa sejumlah mekanisme regional seperti ARF, AADMER, AOIP, APSC, ADMM, dan ADMM-Plus perlu diarahkan untuk melembagakan keamanan iklim sebagai agenda prioritas kawasan.
Unhan RI, dalam hal ini, menegaskan kesiapan untuk berkontribusi sebagai pusat pengembangan pengetahuan melalui empat langkah strategis: (1) memperkuat riset kolaboratif di bidang keamanan iklim; (2) mengembangkan kurikulum pertahanan berwawasan iklim; (3) menyelenggarakan simulasi kebijakan dan latihan strategis; dan (4) memperluas jejaring akademik dengan lembaga pertahanan ASEAN dan mitra dialog untuk mendukung pembuatan kebijakan berbasis bukti. Komitmen tersebut merupakan bagian dari diplomasi akademik Indonesia dalam mendorong ketahanan kawasan terhadap ancaman non-tradisional yang semakin berkembang.
Rektor NDU Kamboja, Letjen Daw Sopha, menyampaikan bahwa ARF-HDUCIM telah menjadi forum strategis sejak 1997 untuk memperkuat hubungan antar institusi pendidikan pertahanan dan membangun pemahaman bersama mengenai tantangan keamanan kawasan. Pertemuan ke-27 ini diharapkan menjadi fondasi penguatan kerja sama menuju ARF-HDUCIM ke-28 yang akan diselenggarakan oleh Kanada pada tahun 2026.
Secara keseluruhan, ARF-HDUCIM ke-27 menegaskan pentingnya pendidikan pertahanan sebagai pilar dalam memelihara perdamaian dan stabilitas Indo-Pasifik. Partisipasi Unhan RI mencerminkan komitmen Indonesia untuk memperkuat diplomasi pertahanan, membangun resiliensi kawasan, dan mengembangkan strategi adaptif terhadap ancaman multidimensi di era perubahan iklim.
(Humas Unhan RI).
Peliput: Agus
Reporter: Agus
Editor: M. Taher










