Jakarta — Rektor Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI), Letnan Jenderal TNI (Purn.) Jonni Mahroza, S.I.P., M.A., M.Sc., Ph.D., menghadiri acara penobatan Raja Kebudayaan Banjar Kalimantan yang diselenggarakan di Pendopo Balairung Gajah Mada, Kompleks Kraton Majapahit Jakarta. Acara yang sarat nilai-nilai budaya ini turut dihadiri oleh Menteri Kebudayaan RI, Dr. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc., para tokoh negarawan, pemuka adat, duta besar negara sahabat, serta budayawan dari berbagai wilayah Nusantara. Selasa (6/5).
Rangkaian acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan dengan pemutaran profil Kraton Majapahit Jakarta dan sambutan dari Pendiri Kraton Majapahit Jakarta, Jenderal TNI (Purn.) Prof. Dr. A.M. Hendropriyono, S.T., S.H., M.H., yang disampaikan melalui rekaman video. Ketidakhadiran beliau secara langsung diwakili oleh Ibu A.M. Hendropriyono bersama putra-putrinya. Dalam pesannya, Jenderal TNI (Purn.) Prof. Dr. A.M. Hendropriyono, S.T., S.H., M.H., menegaskan bahwa pelestarian budaya merupakan kekuatan strategis yang memperkuat jati diri sekaligus daya saing bangsa di tengah dinamika global.
Puncak acara ditandai dengan prosesi penobatan Sultan Cevi Yusuf Isnendar Al-Banjari sebagai Raja Kebudayaan Banjar Kalimantan. Prosesi berlangsung khidmat, diawali dengan pembacaan ikrar budaya, dilanjutkan pemahkotaan oleh Menteri Kebudayaan RI, serta penyerahan tongkat kerajaan oleh Mayjen TNI (Purn.) YB Wirawan selaku perwakilan Pendiri Kraton Majapahit Jakarta. Momen sakral ini menjadi simbol penghormatan terhadap eksistensi budaya Banjar yang kaya akan nilai dan sejarah.
Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan RI, Dr. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc., menegaskan bahwa kebudayaan merupakan fondasi utama pembentukan bangsa Indonesia, yang berakar dari warisan kerajaan-kerajaan maritim dan kesultanan yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara. Sejak masa Sriwijaya hingga Majapahit, para leluhur telah membangun peradaban dengan menjunjung tinggi seni kepemimpinan, nilai-nilai toleransi, dan semangat persatuan jauh sebelum munculnya konsep negara-bangsa modern.
Menteri Kebudayaan RI juga menekankan bahwa momentum Sumpah Pemuda 1928 menjadi bukti sejarah akan kekuatan budaya sebagai pengikat identitas nasional melalui satu bahasa, satu bangsa, dan satu tanah air. Kebudayaan Indonesia tidak hanya mencerminkan peradaban tinggi, tetapi juga merupakan kekuatan strategis dalam membentuk karakter serta jati diri bangsa.
Penobatan Raja Kebudayaan Banjar Kalimantan dipandang sebagai langkah konkret dalam menjaga warisan budaya leluhur, sekaligus memperkuat eksistensi budaya lokal di tengah era modernisasi. Dalam suasana penuh makna ini, seluruh elemen masyarakat diajak untuk terus menjaga, merawat, dan merayakan kebudayaan sebagai roh bangsa serta bagian penting dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Acara penobatan turut dimeriahkan dengan penampilan tari budaya “Gajah Mada” dan paduan suara Kraton Majapahit Jakarta yang membawakan lagu “Diriku Indonesia”, karya Jenderal TNI (Purn.) Prof. Dr. A.M. Hendropriyono, S.T., S.H., M.H. Selain itu, diserahkan pula buku berjudul Filsafat Intelijen dalam Ilmu dan Teori kepada Menteri Kebudayaan RI sebagai simbol kontribusi pemikiran strategis dalam konteks budaya dan pertahanan.
Kehadiran Rektor Unhan RI dalam kegiatan ini mencerminkan komitmen institusi pertahanan terhadap pelestarian budaya nasional sebagai bagian integral dari ketahanan nasional. Unhan RI meyakini bahwa sinergi antara budaya dan pertahanan merupakan fondasi dalam membangun karakter bangsa yang tangguh, berkepribadian, dan berakar kuat pada nilai-nilai luhur Indonesia.
(Humas Unhan RI)