Bogor – Rektor Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI), Letnan Jenderal TNI (Purn.) Jonni Mahroza, S.I.P., M.A., M.Sc., Ph.D., menghadiri undangan forum strategis The Yudhoyono Institute Lecture Series dengan tema “Sustainable Growth with Equity” yang dibuka langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (Menko AHY). Forum tahunan yang menjadi ruang dialog lintas sektor dan generasi dengan fokus menyoroti pentingnya pembangunan berkelanjutan yang berkeadilan di tengah dinamika global yang semakin kompleks. Kegiatan ini digelar di Kraton Ballroom, Marriott Yogyakarta. Senin (12/5)
Acara ini dihadiri oleh Presiden ke-6 Republik Indonesia sekaligus Chairman The Yudhoyono Institute, Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Ketua MPR RI, Dr. Edhie Baskoro Yudhoyono, serta sejumlah menteri dan wakil menteri dari Kabinet Merah Putih. Selain itu turut hadir Duta Besar Denmark untuk Indonesia, H.E. Sten Frimodt Nielsen, dan Duta Besar Jepang untuk Indonesia, H.E. Masaki Yasushi, jajaran akademisi internasional dari Stanford Doerr School of Sustainability, antara lain Dr. Arun Majumdar selaku keynote speaker.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan RI sekaligus Direktur Eksekutif TYI, Dr. Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Dalam sambutannya, menegaskan urgensi redefinisi makna pertumbuhan ekonomi, dari semata-mata angka statistik menjadi pembangunan yang berakar pada integritas lingkungan, inovasi teknologi, dan keadilan sosial. Menko AHY juga menyampaikan bahwa keberlanjutan bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan mutlak demi menjaga martabat manusia, mengurangi kemiskinan, dan memastikan keamanan lintas generasi. Menko AHY juga memaparkan berbagai inisiatif lintas kementerian yang beliau koordinasikan, mulai dari tata ruang adaptif terhadap perubahan iklim, infrastruktur berwawasan lingkungan, pembangunan hunian terjangkau, hingga penguatan wilayah yang semuanya diarahkan untuk menjawab tantangan multidimensi yang kian mendesak.
Lebih lanjut, Menko AHY menjelaskan proyek-proyek strategis nasional seperti pembangunan Giant Sea Wall di pesisir utara Jawa sebagai respon terhadap ancaman penurunan muka tanah dan naiknya permukaan laut, serta pengembangan fasilitas waste-to-energy yang mampu mengelola lebih dari 64 juta ton sampah per tahun sekaligus mendukung diversifikasi energi dan ekonomi sirkular. Beliau juga menyampaikan bahwa urbanisasi yang semakin pesat menuntut pembangunan komunitas yang tangguh terhadap perubahan iklim dan terintegrasi secara infrastruktur. Dalam kerangka ini, pemerintah tengah berupaya mengatasi hambatan kebijakan dan pembiayaan agar sektor perumahan menjadi pendorong utama pertumbuhan hijau.
Pada sesi forum diskusi panel menghadirkan sejumlah akademisi terkemuka dari Stanford University, antara lain Dr. Yi Cui, Fortinet Founders Professor sekaligus Profesor dalam bidang Materials Science and Engineering, Energy Science and Engineering, serta Photon Science, Dr. William Chueh, Associate Professor di bidang serupa, serta Prof. David Cohen, Direktur Center for Human Rights and International Justice. Sesi diskusi ini dimoderatori oleh Gita Irawan Wirjawan, B.B.A., M.B.A., M.P.A., yang merupakan Visiting Scholar di Walter H. Shorenstein Asia-Pacific Research Center pada periode 2022–2024. Kegiatan ini dihadiri oleh 300 peserta dari kalangan pemerintah, akademisi, pembuat kebijakan, dan pemikir strategis.
Kegiatan The Yudhoyono Institute Lecture Series dengan tema “Sustainable Growth with Equity” diakhiri dengan closing remarks Jenderal TNI (Purn). Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Ke-6 Republik Indonesia sekaligus Chairman The Yudhoyono Institute, menyampaikan apresiasi atas seluruh rangkaian diskusi, termasuk keynote speech dan panel akademik dari para profesor Stanford University, serta inisiatif The Yudhoyono Institute (TYI) dalam mengangkat tema yang sangat relevan dan penting bagi masa depan dunia: green growth dan penyelamatan bumi dari krisis iklim.
Jenderal TNI (Purn). Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono juga menegaskan bahwa topik yang diangkat bukan hanya sekadar global issue, tetapi merupakan global agenda yang sangat krusial, baik untuk masa kini maupun masa depan. Dalam kapasitasnya sebagai mantan kepala negara dan tokoh yang aktif di ranah internasional, beliau menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi dunia saat ini yang dinilainya semakin kompleks dan berisiko tinggi, akibat:
1. Perang dan ketegangan geopolitik yang masih berlangsung;
2. Konflik ekonomi dan perang dagang antarnegara; serta
3. Ketidakstabilan global yang meningkat dan mengancam kehidupan umat manusia.
Presiden Ke-6 Republik Indonesia juga menekankan bahwa di tengah situasi dunia yang memanas ini, krisis iklim dan lingkungan hidup sering kali luput dari perhatian global, padahal justru merupakan ancaman nyata yang tidak dapat diabaikan. Beliau menyampaikan pesan kuat bahwa jika dunia gagal bersatu menghadapi krisis ini, maka umat manusia akan gagal pula menjalankan amanat kemanusiaan dan tanggung jawab dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dalam sambutannya, Jenderal TNI (Purn). Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono menyerukan pentingnya:
1. Kolaborasi dan solidaritas global dalam menghadapi isu lingkungan.
2. Kebijakan yang tepat dan berbasis ilmu pengetahuan serta teknologi (science and technology).
3. Tindakan nyata dan berdampak, bukan sekadar wacana.
Beliau juga menekankan peran strategis institusi pendidikan dan lembaga independen, seperti Stanford University dan TYI, dalam membangun kesadaran publik serta merumuskan solusi kolektif yang dapat diimplementasikan secara global.
Jenderal TNI (Purn). Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono mengajak seluruh peserta untuk tidak menyerah dan tetap berkomitmen memperjuangkan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang melalui pendekatan kolaboratif dan solutif.
Sebagai penutup, Presiden Ke-6 Republik Indonesia sekaligus Chairman The Yudhoyono Institute menyampaikan bahwa pertemuan ini merupakan awal yang baik dalam kerja sama antara The Yudhoyono Institute dan Stanford University, yang akan dilanjutkan melalui forum mendatang di Palo Alto, California. Beliau juga mengundang seluruh pihak untuk terus mendukung kegiatan TYI sebagai wadah bersama dalam menciptakan masa depan dunia yang berkelanjutan.
Hadirnya Rektor Unhan RI dalam forum ini menegaskan komitmen institusi pertahanan terhadap agenda pembangunan berkelanjutan dan ketahanan nasional yang tidak hanya bersifat militeristik, tetapi juga mencakup ketahanan energi, pangan, lingkungan, dan sosial. Keterlibatan Unhan RI dalam forum lintas disiplin ini mencerminkan orientasi akademik yang adaptif terhadap ancaman non-tradisional serta kontribusi aktif dalam membentuk arah kebijakan nasional berbasis pengetahuan dan kolaborasi.
(Humas Unhan RI)