Jakarta – Rektor Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI), Letnan Jenderal TNI (Purn.) Jonni Mahroza, S.I.P., M.A., M.Sc., Ph.D.,menjadi pembicara dan Narasumber pada simposium Praktisi dan Periset Ekonomi (PARETO) 2024 dengan tema “Merancang Strategi Tepat dan Efektif untuk Mencapai Swasembada Pangan Indonesia” Pada Simposium internasional Rektor Unhan RI membahas “Strategi Integrasi Ketahanan Pangan & Target Swasembada Pangan dalam Sistem Pertahanan Semesta”. Kegiatan ini bertempat di Auditorium Sasana Widya Graha, lantai 2, Kawasan Sains Sarwono Prawirohardjo BRIN Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (28/11).
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Republik Indonesia yang diwakili oleh Sekretaris Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (Sestama BRIN) Dra. Rr Nur Tri Aries Suestiningtyas, didampingi Direktur PPHTP Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI, Batara Siagian.
Rektor Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI), Letnan Jenderal TNI (Purn.) Jonni Mahroza, S.I.P., M.A., M.Sc., Ph.D., melalui pemaparannya di Simposium PARETO 2024, menekankan bahwa ketahanan pangan merupakan salah satu elemen fundamental dalam membangun kekuatan pertahanan semesta. Dalam konteks ini, ketahanan pangan dipahami bukan sekadar sebagai kemampuan menyediakan bahan pangan yang cukup, bergizi, dan terjangkau, tetapi juga sebagai instrumen penting untuk menjamin stabilitas sosial-ekonomi dan mitigasi terhadap berbagai ancaman non-militer yang terus berkembang. Ancaman seperti krisis pangan, kelangkaan air, dan keterbatasan energi, menurutnya, tidak hanya berdampak pada kehidupan masyarakat sehari-hari, tetapi juga memiliki potensi mengguncang kestabilan nasional secara keseluruhan.
Rektor Unhan RI juga memaparkan tantangan utama ketahanan pangan di Indonesia. Salah satu masalah signifikan adalah meningkatnya kebutuhan pangan seiring dengan pertumbuhan populasi yang pesat dan perubahan pola konsumsi masyarakat yang semakin beragam. Kondisi ini diperparah dengan defisit neraca bahan pangan nasional, yang mencerminkan ketidakseimbangan antara permintaan dan kapasitas produksi. Masalah lain yang menjadi perhatian adalah degradasi lahan pertanian akibat urbanisasi, serta penurunan investasi di sektor pangan yang menghambat perkembangan infrastruktur pendukung.
Untuk menjawab tantangan ini, Letjen TNI (Purn.) Jonni Mahroza menawarkan tiga pendekatan strategis yang terintegrasi. Pendekatan pertama adalah ekstensifikasi, yaitu pembukaan lahan baru secara terbatas dan selektif di wilayah-wilayah yang memiliki potensi tinggi untuk pengembangan komoditas tertentu. Pendekatan kedua adalah intensifikasi, yang menekankan pada optimalisasi pemanfaatan lahan basah dengan penerapan teknologi mekanisasi pertanian dan sistem irigasi yang modern serta efisien. Pendekatan ketiga adalah diversifikasi, yang mencakup pengembangan produk olahan berbasis bahan mentah lokal dan integrasi sektor agrowisata guna menciptakan nilai tambah bagi sektor pertanian. Strategi ini juga mencakup pengembangan benih unggul untuk komoditas strategis seperti kopi, kelor, dan hortikultura, yang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik tetapi juga memperluas potensi ekspor.
Lebih lanjut, Rektor Unhan RI menyoroti peran vital Universitas Pertahanan dalam mendukung pencapaian ketahanan pangan nasional. Sebagai institusi pendidikan tinggi yang berorientasi pada keamanan nasional, Unhan RI memiliki tanggung jawab besar dalam mencetak sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan inovatif di bidang pertanian, kelautan, dan teknik. Program-program studi berbasis ketahanan pangan, seperti budi daya tanaman perkebunan, perikanan tangkap, dan teknologi permesinan kapal, dirancang untuk menjawab kebutuhan sektor pangan di masa depan. Selain itu, Unhan RI juga memanfaatkan pendekatan berbasis riset untuk mengembangkan teknologi pengelolaan air pertanian, seperti irigasi permukaan, irigasi tetes, dan pengairan modern lainnya, yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan secara signifikan.
Dalam penutupannya, Rektor Unhan RI menekankan bahwa keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan sektor swasta. Kolaborasi yang erat diperlukan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi dan pengembangan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Dengan pendekatan strategis ini, Unhan RI optimis bahwa Indonesia mampu mencapai swasembada pangan sekaligus memperkuat sistem pertahanan semesta di tengah tantangan global yang semakin kompleks.
Pada Diskusi Panel I bertema “Strategi Integrasi Ketahanan Pangan dan Target Swasembada Pangan dalam Sistem Pertahanan Semesta”, berbagai aspek strategis dibahas, termasuk pengembangan pendidikan vokasi di bidang pertanian yang tersebar di seluruh Indonesia. Langkah ini dinilai penting untuk memperkuat ketahanan pangan nasional sekaligus mendorong peningkatan taraf hidup petani. Pendidikan vokasi dirancang untuk memberikan pelatihan praktis dan teknis yang relevan, sehingga mampu menciptakan tenaga kerja terampil yang siap menghadapi tantangan sektor pertanian modern.
Selain itu, perhatian khusus diberikan pada generasi muda, khususnya Gen Z, sebagai bagian dari upaya regenerasi sumber daya manusia (SDM) di sektor pertanian. Melalui pendekatan pendidikan dan pelatihan yang adaptif, diharapkan generasi muda dapat tertarik untuk berkontribusi dalam pembangunan pertanian berkelanjutan. Langkah ini tidak hanya berfokus pada meningkatkan produktivitas sektor pertanian, tetapi juga memastikan kelangsungan inovasi dan keberlanjutan dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional, sekaligus memperkuat fondasi sistem pertahanan semesta.
Kegiatan sesi pertama ini diakhiri dengan penyerahan cinderamata oleh Sestama BRIN kepada para narasumber dan dilanjutkan sesi foto bersama.
(Humas Unhan RI).