BOGOR (10/12/2025) – Fakultas Strategi Pertahanan (FSP) Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Russia in the Indo-Pacific”. Kegiatan yang dilaksanakan secara daring pada Rabu (10/12) ini bertujuan untuk memetakan dinamika keamanan regional di tengah meningkatnya kehadiran Rusia di kawasan Indo-Pasifik.
FGD ini merupakan wujud kolaborasi akademik strategis antara FSP Unhan RI dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR), serta menghadirkan pakar kebijakan dan akademisi dari empat negara: Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Australia. Turut hadir dalam acara tersebut, Wakil Rektor III Unhan RI Mayjen TNI Dr. Totok Iman Santoso, S.I.P., S.Sos., mewakili Rektor Unhan RI Letnan Jenderal TNI (Purn.) Dr. Anton Nugroho, M.M.D.S., M.A.
Dalam sambutan pembukaannya, Dekan Fakultas Strategi Pertahanan Unhan RI, Mayjen TNI Dr. Oktaheroe Ramsi, S.IP., M.Sc. menekankan pentingnya melihat lanskap geopolitik Indo-Pasifik tidak hanya dari kacamata persaingan bipolar antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
“Selama dua dekade terakhir, narasi Indo-Pasifik didominasi oleh kompetisi AS dan Tiongkok. Namun, melihat kawasan ini hanya dari lensa bipolar akan melewatkan evolusi kritis dalam lanskap geopolitik. Kita sedang menyaksikan rekalibrasi kekuatan yang signifikan, ditandai dengan munculnya kembali Rusia sebagai pemangku kepentingan yang proaktif di Indo-Pasifik,” ujar Dekan FSP Unhan RI dalam sambutannya.
Lebih lanjut, Dekan FSP menyoroti bahwa Rusia juga menjadi salah satu kekuatan yang hadir dan perlu dipertimbangkan pengaruhnya terhadap stabilitas keamanan di Indo-Pasifik. saat ini kehadiran Rusia kian terakselerasi melalui diplomasi energi, transfer teknologi militer, hingga keterlibatan institusional dengan ASEAN. Hal ini memicu respon yang beragam dari negara-negara di kawasan, mulai dari yang melihatnya sebagai penyeimbang strategis hingga potensi ancaman keamanan.
Diskusi yang dipandu oleh Dr. Fauzia G. Cempaka Timur (Unhan RI) ini menghadirkan empat narasumber utama untuk membedah persepsi berbeda dari tiap negara. Radityo Dharmaputra, Ph.D. (cand.) dari Universitas Airlangga membahas “Indonesia’s Strategic Equilibrium” dengan menyoroti navigasi Indonesia di tengah kompetisi kekuatan besar, sementara Munira Mustaffa dari Verve Research memaparkan perspektif Malaysia mengenai penyelarasan strategi di ruang yang kian padat.
Selain itu, Philip Alegre dari Pacific Forum mengulas peran Rusia dalam kalkulasi keamanan Filipina, dan Dr. Matthew Sussex dari The Australian National University menganalisis implikasi kebijakan luar negeri Australia terhadap arsitektur keamanan Indo-Pasifik terkait keberadaan Rusia.
Forum yang diikuti oleh lebih dari 100 peserta secara daring ini berhasil mengidentifikasi bahwa perbedaan respon negara-negara Indo-Pasifik terhadap Rusia—baik Jakarta, Kuala Lumpur, Manila, maupun Canberra—sangat dipengaruhi oleh hubungan historis, kepentingan pertahanan, dan pertimbangan politik domestik masing-masing negara.
Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan pemikiran baru dan perspektif segar yang berkontribusi langsung pada perumusan kebijakan pertahanan yang koheren, serta memperkuat jaringan akademis di bidang studi keamanan regional. (Humas Unhan RI)







