Jakarta — Rektor Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI), Letnan Jenderal TNI (Purn.) Dr. Anton Nugroho, M.M.D.S., M.A., diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Perencanaan, Mayor Jenderal TNI Dr. R. Nugraha Gumilar, M.Sc., menghadiri sekaligus menjadi narasumber pada Forum Komunikasi Ketahanan Nasional (Forkom Tannas) yang diselenggarakan oleh Lemhannas RI. Kegiatan ini dibuka oleh Gurbernur Lemhannas RI, Dr. H. Tb Ace Hasan Syadzily, M.Si. Dalam sambutannya, Gubernur Lemhannas RI menegaskan bahwa ketahanan nasional merupakan konsep strategis yang harus terus diperkuat melalui kolaborasi lintas lembaga, pengembangan ilmu pengetahuan, serta inovasi teknologi agar Indonesia mampu menjawab dinamika geopolitik, geoekonomi, dan geosiber yang berkembang cepat. Kegiatan yang berlangsung di Ruang Konstitusi, Gedung Trigatra Lantai III Lemhannas RI, Jakarta Pusat. (Selasa, 9/12).
Pada sesi pemaparan pertama, Kepala BRIN, Prof. Dr. Arif Satria, S.P., M.Si., menjabarkan urgensi peningkatan kapasitas inovasi nasional mengingat posisi Indonesia dalam Global Innovation Index yang masih tertinggal di kawasan. BRIN mendorong percepatan riset dan hilirisasi teknologi, penguatan R&D industri, serta adopsi teknologi maju untuk mendukung produktivitas nasional. Beliau menekankan bahwa ketahanan pangan, energi, dan air menjadi prioritas nasional yang harus dibangun melalui inovasi yang terintegrasi, termasuk teknologi iradiasi pangan, pengolahan air bersih, pengembangan UAV, dan material baterai lokal sebagai fondasi transformasi teknologi Indonesia.
Selanjutnya, Pemaparan oleh Penasihat Khusus Menteri Bidang Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Laksamana TNI (Purn.) Prof. Dr. Marsetio, S.I.P., M.M.,menjelaskan dinamika strategis kawasan Indo-Pasifik dan posisi Indonesia sebagai global maritime pivot. Rivalitas Amerika Serikat dan Tiongkok, potensi konflik di Taiwan, serta meningkatnya aktivitas militer di kawasan menjadi faktor penting yang mempengaruhi stabilitas regional. Beliau juga menyoroti persoalan perbatasan maritim Indonesia yang belum seluruhnya tuntas, isu perubahan iklim, serta ancaman terhadap sumber daya maritim. Dalam konteks ini, modernisasi alutsista, pembangunan industri pertahanan nasional, dan diplomasi pertahanan menjadi elemen kunci dalam memperkuat ketahanan maritim Indonesia.
Pada kesempatan berikutnya, Wakil Rektor I Unhan RI, Mayor Jenderal TNI Dr. R. Nugraha Gumilar, M.Sc., menegaskan peran strategis perguruan tinggi dalam pengembangan riset multidisiplin yang mendukung kesiapan nasional menghadapi ancaman multidimensi. Beliau menyampaikan bahwa tantangan seperti krisis pangan, energi, dan air, perkembangan teknologi yang cepat, serta meningkatnya disinformasi dan polarisasi sosial menuntut adanya ekosistem akademik yang inovatif, adaptif, dan berkarakter bela negara. Unhan RI terus memperkuat kurikulum pertahanan, inovasi riset mahasiswa dan dosen, serta kolaborasi lintas lembaga untuk menghasilkan pemikiran strategis yang relevan dengan kebutuhan pertahanan negara.
Wakil Rektor IV Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Eng. Adi Maulana, S.T., M.Phil., kemudian memaparkan konsep Geodefense sebagai perspektif baru ketahanan nasional yang berbasis geologi dan geografi Indonesia. Beliau menjelaskan bahwa proses pembentukan kepulauan Indonesia yang sangat kompleks memberikan dua dampak besar, yaitu kekayaan sumber daya mineral dan energi yang sangat strategis, serta tingginya potensi geobencana. Dengan cadangan nikel terbesar di dunia, potensi geothermal, serta mineral kritis seperti skandium dan hidrogen, Indonesia memiliki posisi penting dalam ekonomi global. Namun ancaman bencana alam, perubahan iklim, dan geodinamika menuntut strategi ketahanan nasional yang lebih komprehensif dan berbasis ilmu kebumian.
Sebagai penutup sesi pemaparan, Ketua Departemen Kajian Strategik Ketahanan dan Keamanan SPPB Universitas Indonesia, Dr. Palupi Lindiasari Samputra, S.Pi., M.M., menyampaikan perspektif akademik terkait pengembangan ilmu ketahanan melalui pendekatan multidimensi yang mencakup aspek defense, resilience, dan security. Beliau menekankan pentingnya penguatan Nexus Pangan–Energi–Air, pengembangan sistem deteksi dini, dan riset berbasis teknologi serta intelijen spasial. UI juga mengembangkan berbagai kolaborasi internasional dan riset keberlanjutan untuk menjawab kompleksitas ancaman modern yang bersifat simultan, berulang, dan saling terkait.
Keberlangsungan Forkom Tannas menjadi momentum strategis dalam memperkuat komunikasi, jejaring ilmiah, dan sinergi antarperguruan tinggi, lembaga penelitian, dan pemangku kepentingan nasional. Melalui forum ini, Lemhannas RI mendorong lahirnya gagasan baru, inovasi kebijakan, serta pendekatan ilmiah yang lebih komprehensif terhadap ketahanan nasional. Dalam kerangka tersebut, Unhan RI terus berkomitmen memperkuat peran akademik dan riset strategis untuk mendukung pembangunan kapasitas pertahanan negara menuju Indonesia yang lebih tangguh dan berdaya saing global.
Gubernur Lemhannas RI menutup forum dengan menegaskan bahwa seluruh gagasan para narasumber telah memperkaya perspektif tentang ketahanan nasional di tengah dinamika geopolitik dan tantangan disrupsi teknologi. Beliau menyoroti pentingnya inovasi, riset, penguatan kapasitas bangsa, serta pembinaan generasi muda agar tidak tergerus arus epistemologi Barat yang menjauh dari kepentingan nasional. Gubernur juga menekankan perlunya kampus menjadi agen kemajuan bangsa, belajar dari negara-negara dengan ketahanan kuat, serta memperluas pusat kajian ketahanan termasuk di Indonesia Timur. Forum ini dinilai strategis untuk memperkuat ketangguhan nasional, dan beliau menutup kegiatan dengan apresiasi kepada seluruh pihak yang berkontribusi.
Peliputan: Agus N/ Irfan / Thoni
Reporter: Agus N.
Editor : M. Taher.











