Jakarta — Dipimpin oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unhan RI, Mayor Jenderal TNI Dr. Totok Imam Santoso, S.Sos., S.I.P., M.Tr.(Han)., sivitas akademika Kadet Mahasiswa Program Sarjana (S1) dan Mahasiswa Program Magister (S2) Pascasarjana Unhan RI menghadiri kegiatan “Peluncuran dan Bedah Buku 100 Tahun D.I. Pandjaitan: Gugur dalam Seragam Kebesaran”. Kehadiran pimpinan Unhan RI beserta para kadet dan mahasiswa disambut langsung oleh Letnan Jenderal TNI (Purn.) Hotmangaraja Panjaitan, yang merupakan Duta Besar Indonesia untuk Singapura sekaligus merupakan putra dari Pahlawan Revolusi Mayor Jenderal TNI (Anumerta) D.I. Pandjaitan. Melalui kegiatan ini, para peserta memperoleh peneguhan nilai historis dan keteladanan perjuangan D.I. Pandjaitan sebagai inspirasi bagi generasi muda, sekaligus menguatkan kembali pesan luhurnya bahwa “pemuda adalah darah suatu bangsa, dan pemuda yang tidak memiliki nasionalisme akan menjadi malapetaka bagi negaranya”. Kegiatan ini berlangsung di di Ballroom Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta Selatan. (Senin, 8/12).
Dalam sambutannya, Bapak Salomo Pandjaitan, Dipl.-Ing., putra almarhum sekaligus Ketua Panitia, menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya kegiatan ini. Beliau menegaskan bahwa buku peringatan 100 tahun ini bukan sekadar dokumen sejarah, melainkan “monumen literasi” yang mengabadikan nilai integritas, disiplin, dan keberanian moral Mayor Jenderal TNI (Anumerta) D.I. Pandjaitan. Dalam kesempatan ini Bapak Salomo Pandjaitan, Dipl.-In., mendorong generasi muda terutama mahasiswa dan kadet untuk mewarisi semangat pengabdian tersebut sebagai pondasi dalam membangun bangsa yang bermartabat dan tahan menghadapi tantangan zaman.
Dalam sambutannya, Rektor Universitas Katolik Atma Jaya, Prof. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S(K), menegaskan bahwa peringatan 100 tahun kelahiran Mayor Jenderal TNI (Anumerta) D.I. Pandjaitan. adalah momentum penting untuk kembali meneguhkan Pancasila sebagai pedoman moral bangsa. Beliau menekankan relevansi nilai kepahlawanan Mayor Jenderal TNI (Anumerta) D.I. Pandjaitan. mulai dari keberanian moral, keteguhan prinsip, hingga rasa tanggung jawab kebangsaan dalam menghadapi disrupsi global, perubahan geopolitik, serta tantangan nilai yang dihadapi generasi muda saat ini.
Buku 100 Tahun D.I. Pandjaitan: Gugur dalam Seragam Kebesaran memuat perjalanan hidup Donald Isac Pandjaitan secara komprehensif. Bab I–X menguraikan masa mudanya dan pengabdian beliau di Sumatera, mulai dari merantau ke Pekanbaru pada masa pendudukan Jepang, penugasan di Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan, hingga penarikannya ke Markas Besar Angkatan Darat (MBAD) pada tahun 1956 oleh Kolonel A.H. Nasution. Bagian ini menggambarkan keteguhan karakter beliau sebagai prajurit muda yang disiplin, tegas, dan dekat dengan masyarakat.
Bab XI–XIII menyoroti kiprah internasional beliau sebagai Atase Militer RI di Bonn, Jerman. Dalam periode ini, D.I. Pandjaitan aktif dalam Misi Zending Jerman (RMG), menunjukkan kedalaman minat pada musik klasik, memahami tradisi intelektual Eropa, serta terlibat dalam kegiatan kerohanian termasuk berkhotbah dalam bahasa Jerman. Catatan Jenderal Ahmad Yani bahwa “Kolonel Pandjaitan lebih cocok menjadi pendeta” mencerminkan kedalaman spiritual dan integritas moral beliau. Bagian ini juga memuat pertemuan beliau dengan pemuda B.J. Habibie dalam Seminar Pembangunan tahun 1958.
Pada sesi bedah buku menghadirkan pemaparan historis, refleksi personal, dan perspektif akademis dari para narasumber, yaitu Catherine Pandjaitan, putri almarhum Mayor Jenderal TNI (Anumerta) D.I. Pandjaitan., Nurmala Kartini Sjahrir, Duta Besar RI untuk Jepang; A. Irianto, penulis buku; dan Andri Hadiyana, peneliti dan penyusun lanjutan naskah. Diskusi dipandu oleh Dra. Eunike Sri Tyas Suci, Ph.D., Psikolog, dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, yang mengarahkan jalannya dialog secara sistematis dan mendalam. Catherine Pandjaitan berbagi refleksi keluarga mengenai karakter ayahnya sebagai sosok pemimpin berintegritas tinggi, tegas dalam prinsip, namun lembut dan penuh kasih dalam kehidupan keluarga.
Duta Besar Nurmala Kartini Sjahrir menambahkan pembahasan mengenai konteks sosial-politik yang menjadikan keteladanan D.I. Pandjaitan sangat relevan bagi masa kini, terutama bagi generasi muda yang menghadapi tantangan geopolitik dan disinformasi global. Sementara itu, A. Irianto dan Andri Hadiyana menjelaskan proses penyusunan dan penajaman naskah buku, mulai dari riset arsip, verifikasi historis, hingga wawancara keluarga dan saksi sejarah untuk memastikan akurasi data dan kedalaman narasi. Diskusi yang berlangsung interaktif ini memberikan ruang refleksi bagi mahasiswa dan kadet untuk memahami hubungan antara sejarah, karakter, dan kepemimpinan strategis.
Kehadiran para kadet dan mahasiswa Unhan RI dalam kegiatan ini menjadi bagian penting dari upaya pembinaan karakter bela negara melalui penguatan literasi sejarah dan keteladanan para pahlawan bangsa. Nilai pengabdian, keberanian moral, dan komitmen kebangsaan yang diwariskan D.I. Pandjaitan diharapkan dapat menginspirasi generasi muda dalam menjaga kehormatan, kedaulatan, dan masa depan Indonesia.
(Humas Unhan RI).
Peliputan: Agus N/ Irfan / Thoni
Reporter: Agus N.
Editor : M. Taher.











