Jakarta – Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI) menyelenggarakan kuliah bersama dengan delegasi Zimbabwe National Defence University (ZNDU) dalam rangka mempererat kerja sama strategis antarnegara Global Selatan. Kegiatan ini dipimpin oleh Wakil Rektor Bidang Kerja Sama, Kelembagaan, Inovasi, dan Teknologi, Mayor Jenderal TNI Dr. Helda Risman, M.Han., CIQaR., dan Ketua Delegasi ZNDU, Air Vice Marshal Michael Tedzani Moyo. Kuliah bersama mengangkat tema “Indonesia and Zimbabwe: A Strategic Outlook” dengan narasumber utama Dr. Fauzia Gustarina Cempaka Timur, Dosen Lektor pada Fakultas Strategi Pertahanan Unhan RI. Kegiatan ini bertempat di Kelas internasional, lantai-2, Kampus Pascasarjana Unhan RI, Jl. Salemba No. 14, Jakarta Pusat, Senin (16/6).
Kegiatan akademik ini diikuti oleh mahasiswa Program Magister Pascasarjana Unhan RI dan Perwira Siswa ZNDU, dengan tujuan memperkuat pemahaman mengenai dinamika hubungan bilateral Indonesia-Zimbabwe dalam konteks geopolitik, pertahanan, serta kerangka kerja sama Selatan-Selatan yang terus berkembang.
Dalam pemaparannya, Dr. Fauzia menekankan posisi strategis Indonesia sebagai “The First Among Equals” di kawasan Asia Tenggara. Peran aktif Indonesia dalam membentuk arah dan dinamika ASEAN, sejak pendiriannya tahun 1967, telah menjadikan Indonesia sebagai motor penggerak stabilitas dan integrasi regional. Inisiatif seperti ASEAN Plus Three dan pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) menjadi bukti konkret kontribusi Indonesia dalam memperkuat tatanan kawasan yang damai, stabil, dan sejahtera.
Hubungan antara Indonesia dan Zimbabwe didasari oleh sejarah perjuangan yang serupa melawan kolonialisme serta semangat solidaritas yang lahir dari Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955. Dr. Fauzia menyoroti bahwa prinsip-prinsip Dasasila Bandung di antaranya kedaulatan, non-intervensi, dan saling menghormati masih sangat relevan sebagai fondasi kerja sama global, terutama di tengah perubahan lanskap geopolitik dunia.
Kehadiran Zimbabwe dalam Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non-Blok ke-8 tahun 1986 menegaskan komitmen kedua negara dalam membangun solidaritas Global Selatan yang tangguh dan berdikari.
Secara resmi, hubungan diplomatik Indonesia-Zimbabwe dimulai pada tahun 1986. Hal ini ditindaklanjuti dengan pembukaan Kedutaan Besar Indonesia di Harare tahun 1987 yang diikuti pembukaan Kedutaan Besar Zimbabwe di Jakarta tahun 2004. Selanjutnya penandatanganan Nota Kesepahaman di bidang perdagangan dan investasi tahun 2011 menjadi titik awal penguatan hubungan bilateral. Sejak akhir dekade 2010, kerja sama pertahanan kedua negara mengalami akselerasi, ditandai dengan penerimaan resmi proposal Letter of Intent (LoI) dari Indonesia oleh Kementerian Pertahanan Zimbabwe pada Desember 2020.
Tiga bidang utama kerja sama pertahanan yang menjadi fokus saat ini meliputi:
1. Pertukaran Kunjungan Pejabat Tinggi dan Operasional, termasuk kunjungan Wakil Presiden Zimbabwe, Constantino Chiwenga, ke Indonesia pada November 2024 yang sebelumnya didahului dengan kunjungan parlemen Indonesia ke Zimbabwe pada Juni 2024.
2. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan di bidang Pertahanan, seperti partisipasi alumni dan mahasiswa yang berasal dari Zimbabwe dalam acara Dies Natalis Alumni RIDU serta kunjungan kehormatan Mayor Jenderal H. Dube ke RIDU pada tahun 2022.
3. Kolaborasi Industri Pertahanan, yang mendorong transfer teknologi dan peningkatan kapasitas operasional, dalam kerangka modernisasi alutsista dan kemandirian pertahanan nasional kedua negara.
Dr. Fauzia, juga menegaskan dalam pandangan strategis ke depan, Zimbabwe dinilai memiliki posisi penting sebagai pintu gerbang Indonesia menuju wilayah Afrika bagian selatan dan negara-negara anggota Southern African Development Community (SADC). Melalui kerangka kerja sama Selatan-Selatan dan semangat Dasasila Bandung, potensi kerja sama kedua negara terbuka luas, terutama dalam bidang keamanan siber, keamanan maritim, hingga kontra-terorisme.
Menutup pemaparannya, Dr. Fauzia menyampaikan bahwa Zimbabwe bukan hanya mitra bilateral yang strategis, namun juga representasi penting dari peluang kemitraan lintas kawasan yang berbasis pada prinsip kesetaraan, saling menghormati, dan keberlanjutan. Bagi Zimbabwe, Indonesia menawarkan model pembangunan yang inklusif dan sistem pertahanan yang tangguh; sementara bagi Indonesia, Zimbabwe merupakan mitra geopolitik yang menjanjikan di jantung Afrika.
Kegiatan kuliah bersama ini turut dilengkapi dengan sesi diskusi dan tanya jawab yang melibatkan partisipasi aktif dari para perwira siswa Zimbabwe National Defence University (ZNDU), termasuk perwira siswa dari Nigeria dan Zambia yang tengah mengikuti program pendidikan di ZNDU.
Diskusi mencakup isu-isu strategis seperti penguatan hubungan diplomatik Indonesia-Zimbabwe sejak 1986, peluang kerja sama di bidang ekonomi, pertahanan, dan pendidikan, serta penegasan prinsip non-intervensi dalam tatanan hubungan internasional. Para peserta juga menyoroti tantangan negara-negara Global Selatan dalam memanfaatkan sumber daya alam secara optimal, serta pentingnya membangun kepercayaan dan berbagi informasi untuk merespons ancaman keamanan internasional seperti distorsi informasi dan terorisme.
Penyelenggaraan kuliah bersama ini merupakan manifestasi komitmen Unhan RI dalam mendukung kebijakan luar negeri Indonesia, memperkuat posisi negara-negara Global Selatan, dan mendorong terciptanya tatanan dunia yang lebih adil, aman, dan sejahtera.
Rangkaian kegiatan kuliah bersama ini diakhiri dengan pelaksanaan sesi foto bersama.
(Humas Unhan RI).